Tab

Thursday, May 16, 2013

SALAH NALAR

BAB I
PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang

Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan proses yang sama diantaranya pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi. Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan. Pikiran dapat mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi, dan pengalaman. Proses ini disebut penalaran. Logika adalah ilmu tentang penalaran, dan pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Kalau peraturan-peraturan itu ditepati, berbagai kesalahan dapat dihindarkan. Jadi, kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih aman. Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.
Atas dasar itu, gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya.

1.2 Ruang Lingkup

Bersadarkan latar belakang yang dijabarkan diatas, maka dalam penulisan ini membahas tentang bagaimana mengatasi kesalahan penalaran dalam berkomunikasi.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini, penulis ingin memberikan info mengenai SALAH NALAR, sehingga pembaca menambah wawasan dan meminimalkan kesalahan  penalaran dalam berkomunikasi di masyrakat.

1.4 Metode Penulisan

Dalam menyusun penulisan ini, penulis megumpulkan data-data dan informasi dari internet yang berkaitan tentang SALAH NALAR.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I    PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, runag lingkup, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan yang berkaitan dengan pokok pembahasan.

BAB II   PEMBAHASAN

Bab ini memabahas mengenai definisi penalaran, jenis-jenis salah nalar, salah nalar dalam berkomunikasi, dan konsep  & simbol dalam penalaran.

BAB III  PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari pembahasan sebelumnya.




BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Definisi Penalaran

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi. Pada salah nalar kita tidak mengikuti tata cara pemikiran dengan tepat.

Salah nalar terbagi dua macam, yaitu :

1. Salah nalar induktif :
a) Kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
b) Kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
c) Kesalahan analogi.

2. Kesalahan deduktif :
a) Kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi,
b) Kesalahan karena adanya term keempat,
c) Kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi, dan
d) Kesalahan karena adanya 2 premis negatif. Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.


2.2 Jenis-Jenis Salah Nalar

a. Deduksi yang salah

Salah nalar yang amat lazim ialah simpulan yang salah dalam silogisme yang berpremis salah atau yang berpremis yang tidak memenuhi syarat.

Contoh :
Pengiriman manusia ke bulan hanya penghamburan. ( Premisnya: Semua eksperimen ke angkasa luar hanya penghamburan).


b. Generalisasi yang terlalu luas

Salah nalar ini disebut juga induksi yang salah karena jumlah percontohnya yang terbatas tidak mamadai. Harus dicatat bahwa kadang-kadang percontoh yang terbatas mengizinkan generalisasi yang sahih.

Contoh :
Orang Indonesia malas tetapi ramah. (Premisnya: Orang Indonesia ada yang malas dan ada juga yang tidak ramah).

c. Pemikiran ‘atau ini, atau itu’

Salah nalar ini berpangkal pada keinginan pada keinginan untuk masalah yang rumit dari dua sudut pandang (yang bertentangan) saja. Isi pernyataan itu jika tidak baik, tentu buruk; jika tidak betul, tentu salah: jika tidak putih, tentu hitam.

Contoh :
Petani harus bersekolah supaya terampil.(Premisnya: Apakah untuk menjadi terampil kita selalu harus bersekolah?).

d. Salah nilai atas penyebaban

Generalisasi induktif sering disusun berdasarkan pengamatan sebab dan akibat, tetapi kita kadang-kadang tidak menilai dengan tepat sebab suatu peristiwa atau hasil kejadian. Khususnya dalam hal yang menyangkut manusia, penentuan sebab dan akibat sulit sifatnya. Salah nilai atas penyebab yang lazim terjadi ialah salah nalar yang disebut post hoc, ergo propter hoc ‘sesudah itu, maka karena itu’.

Contoh :
Swie King jadi juara karena doa kita. (Premisnya: Lawan Swie King tentu juga didoakan para pendukungnya).

e. Analogi yang salah

Analogi adalah usaha perbandingan dan merupakan upaya yang berguna untuk mengembangkan penalaran. Namun, analogi tidak membuktikan apa-apa dan analogi yang salah dapat menyesatkan karena logikanya salah.

Contoh : 
Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin divisi. ( Premisnya: Universitas itu bukan tentara dengan disiplin tentara).

f. Penyimpangan masalah

Salah nalar di sini terjadi jika argumentasi tidak mengenai pokok, atau jika kita menukar pokok masalah dengan pokok yang lain, ataupun jika kita menyeleweng dari garis.

Contoh :
Program Keluarga Berencana tidak perlu karena tanah di Kalimantan masih kosong ( Premisnya: Manusia tidak bisa hidup dengan hanya memiliki tanah).

g. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan

Salah nalar di sini muncul jika argumentasi menggunakan pokok yang tidak langsung berkaitan, atau yang remeh, untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya, orang merasa kesalahannya dapat dibenarkan karena lawannya juga berbuat salah.

Contoh :
Saya boleh berkorupsi karena orang lain berkorupsi juga. ( Premisnya: Korupsi dihalalkan karena banyaknya korupsi dimana-mana).

h. Argumentasi ad hominem

Salah nalar terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya dan bukan persoalannya. Khususnya di bidang politik, argumentasi jenis ini banyak dipakai.

Contoh : 
Ia tidak mungkin pemimpin yang baik karena kekayaannya berlimpah. ( Premisnya: Yang dipersoalkan bukan kepemimpinannya).

i. Imbauan pada keahlian yang disangsikan

Dalam pembahasan masalah, orang sering mengandalkan wibawa kalangan ahli untuk memperkuat argumentasinya. Mengutip pendapat seorang ahli sangat berguna walaupun kutipan itu tidak dapat membuktikan secara mutlak kebenaran pokok masalah.

Contoh : 
Kita mengutip pendapat bintang film tentang pengembangan demokrasi.

j. Non Sequitur

Dalam argumentasi, salah nalar ini mengambil simpulan berdasarkan premis yang tidak, atau hampir tidak, ada sangkut pautnya.

Contoh :
Partai Rakyat Madani paling banyak cendekiawannya; karena itu usul-usulnya paling bermutu. ( Premisnya: Tidak ada korelasi antara kecendekiaan dan kepandaian merumuskan usul).


2.3 Salah Nalar Dalam Berkomunikasi

Salah satu penyampaian komunikasi adalah berita, baik itu dari media elektronik, ataupun dari media massa. Penyampaian berita yang dsampaikan sering sekali terjadi kesalahan dalam berpikir, sehingga dapat mengakibatkan kesalahan dalam penalaran/nalar bagi penerima berita. Kekurang cermatan seseorang atau jurnalis dalam melihat hubungan logis antara satu fakta dengan fakta lain dalam konteks hubungan sebab-akibat, dan kekurang cermatan itu kemudian dituangkan dalam teks berita, bisa menyesatkan “logika” pembaca atau pemirsa. Ketika pembaca atau pemirsa menganggap teks yang dihasilkan jurnalis itu sebagai sebuah kebenaran, maka kesesatan logika pun jadi dianggap benar.

Fakta berupa pernyataan yang mengandung salah nalar atau sesat logika memang bisa saja berasal dari narasumber. Bisa saja narasumber sengaja untuk kepentingan tertentu, atau tak sengaja karena sebab tertentu. Namun, bukan berarti jurnalis bisa begitu saja meloloskannya menjadi fakta dalam teks berita. Bahkan, pada tahap awal, jurnalis seharusnya langsung mempersoalkan pernyataan yang salah nalar itu kepada narasumber.

Sebagai contoh pernyataan salah nalar muncul di dua media cetak, Kedaulatan Rakyat(24/3/09, hal 24) dan Koran Tempo (25/3/09, hal B3) :

· Pada Kedaulatan Rakyat, salah nalar muncul di alinea ke-5 berita berjudul Golput Rugikan Proses Demokrasi. Berita ini memuat pernyataan dua pimpinan partai politik tentang golput pada saat keduanya kampanye, yaitu Yusril Ihza Mahendra (Ketua Majelis Syuro Partai Kebangkitan Bangsa) dan MS Kaban (Ketua Umum Partai Bulan Bintang). Alinea ke-5 berita tersebut, yang hanya terdiri atas tiga kalimat (dua kalimat tak langsung dan satu kalimat langsung berupa kutipan), memuat pernyataan MS Kaban tentang golput. Alinea selanjutnya berisi topik lain yaitu tentang panwaslu. Alinea ke-5 ditulis demikian: Hal senada diungkapkan Ketua Umum PBB, MS Kaban. Menurut Kaban, golput merupakan tindakan orang yang tidak bertanggungjawab. “Sebab kita saat ini sedang mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya.

· Pada Koran Tempo, salah nalar muncul pada berita tentang kelangkaan pupuk. Persoalan salah nalar mulai di judul hingga di tubuh berita. Judul berita suratkabar ini demikian:Pupuk Langka karena Petani Belum Ikut Kelompok Tani. Pada lead (memimpin), salah nalar di judul dipertegas. Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Aris Budiono menyatakan kelangkaan atau kesulitan petani dalam memperoleh pupuk pada musim tanam kedua tahun ini disebabkan masih banyak petani yang belum masuk kelompok tani.


2.4 Konsep Dan Simbol Dalam Penalaran

Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen.

Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan :

Pada penalaran tersebut yaitu mendapatkan kebenaran yang harus memenuhi beberapa syarat yang terkandung didalamnya. Untuk itu dalam berkomunikasi kita hendaklah menggunakan kata-kata atau kalimat yang mudah di mengerti oleh orang lain, sehingga tidak mengalami kesalahan nalar dalam berkomunikasi.

Saran :

Komunikasi yang baik, haruslah kita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyampaian informasi, sehingga para pembaca tidak lagi mengalami kesalahan dalam penalaran dari informasi yang didapatnya.

1 comment:

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!